Kebangkitan Telemedicine di Masa Covid-19 (Bag-1) | Minimalkan Risiko
Dalam memerangi pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan beberapa aturan yang cukup penting, di antaranya : Stay at home, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), physical distancing, WFH (Work from home). Dan yang terbaru adalah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), yang artinya semacam lockdown secara partial
Hal ini menyebabkan berjalannya
program pendidikan untuk anak usia
sekolah dan perkuliahan belajar dengan cara daring (dari jaringan). Di awal
pandemi (Maret 2020) di bidang Kedokteran juga diberlakukan MASA TUNDA untuk
mengunjungi dokter
maupun dokter gigi (drg).
Tentu saja hal ini bertujuan untuk membatasi penularan virus Covid-19. Namun dampaknya mengakibatkan adanya problematika kesehatan semakin menumpuk.
Definisi Telemedicine atau Konsultasi Dokter Online
Telemedicine adalah metode layanan medis secara online yang memungkinkan dokter memberikan pelayanan kesehatan dari jarak jauh. Seperti pemantauan, saran dan edukasi melalui koneksi yang aman. Hal ini pertama kali penulis ketahui saat mengikuti webinar mengenai Implementasi telemedicine di Era Covid-19 yang diadakan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada 9 Mei 2020, setahun yang lalu.
Ternyata
dalam paparan itu dinyatakan bahwa beberapa negara di luar negeri sudah
mengadopsi cara ini. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata di Indonesia sudah ada
dua RS (Rumah Sakit) yang menerapkan strategi ini.
Yakni RS
Ishak,
Tulung Agung, Jawa Timur yang sudah melakukan teknik ini sejak 2015
dan RS
Harapan Kita Jakarta (mulai awal pandemi). Wah…good job ya..selangkah lebih maju.
Wabah Yang Misterius
Pandemi ini masih misterius….entah sampai kapan berakhirnya. Sudah terjadi krisis secara global.
Seperti banyaknya Nakes (tenaga Kesehatan) baik perawat maupun dokter yang
bekerja di garda depan menjadi korban dan gugur.
Akibatnya RS kekurangan tenaga dokter. Di samping itu,
pasien pun mulai takut untuk datang berobat ke pelayanan kesehatan. Dikarenakan
adanya penularan yang makin meluas.
Maka opsi alternatifnya menggunaan telemedicine
ini. Rupanya cara ini cukup ampuh untuk menjembatani kesenjangan antara dokter dan pasien.
Serta dapat menjadi solusi ideal bagi dokter dan sistem kesehatan.
Cara ini memungkinkan pada pasien untuk tetap tinggal di rumah dan membatasi untuk
pergi ke RS, namun
bisa bekomunikasi dengan dokter di saat sakit.
![]() |
Penulis saat melakukan visite secara tatap muka langsung untuk melakukan perawatan pada pasien Covid-19. Harus ekstra hati-hati dan teliti |
Memulai Praktik Telemedicine atau Konsultasi Dokter Gigi Online
Iyaa.. penulis sudah
melaksanakan praktik telemedicine ini dan sangat mengapresiasi cara ini. Sebab bagi
penulis untuk menolak pasien yang ingin berobat itu menjadikan sesuatu hal yang
sangat ‘menganjal.’ Dikarenakan sangat bertentangan dengan hati nurani.
Kenapa? Pertama, sebagai dokter giti, penulis sudah disumpah untuk selalu melayani pasien.
Kedua,
saat pandemi banyak orang yang mengalami stres. Nah, stres inilah yang dapat
memicu timbulnya sariawan di rongga mulut.
Awas, Ini Obat Yang Tidak Boleh Dikonsumsi Kecuali Dengan Resep Dan Pantuan Dokter Gigi
Terkadang memerlukan obat berupa Kortikosteroid dan Diazepam.
Sedangkan untuk pemberian kedua obat ini tentunya tidak bisa dibeli secara
bebas, karena harus menggunakan resep dan harus di bawah pengawasan dokter.
Di samping itu menurut pengalaman penulis sebagai dokter gigi Spesialis Penyakit Mulut (Sp PM) saat pasien mengalami stres, biasanya hanya ingin bertemu dengan dokternya untuk sekadar konsultasi atau sesi curhat dengan dokter langganannya.(bersambung ke bagian dua: Konsultasi Dokter Gigi Online dengan Pasien Luar Negeri)
Leave a Comment