Pengalaman Mengunjungi Mrigadayan Palace, Istana Raja Thailand
Ketika sudah sampai Mrigadayavan Palace atau Mrigadayan Palace, rombongan mulai
turun mulai berjalan. Nampaknya untuk mencapai istana masih cukup jauh nih. Nah,
yang diajak jalan ini, hampir semuanya adalah dokter gigi yang bekerja sebagai
militer. Bisa diduga kan, bagaimana cara jalan mereka. Pasti cepat banget,
sedang penulis adalah dokter gigi sipil yang agak gemuk (maaf, tidak mau
dibilang gemuk hehe). Ditambah dengan hobinya suka menikmati sekaligus mengabadikannya.
Jadi otomatis sering ketinggalan.
Kebetulan cuaca saat itu cukup panas. Namun karena banyak
pohon yang rindang dengan semak hijau yang rimbun. Jadinya membuat hati dan
mata jadi mak nyes. Adem banget.
Setelah diberi tiket, kami mulai memasuki taman. Hampir sama
dengan suasana di Indonesia. Taman dengan pepohonan nan teduh. Angin pun
bertiup menjadikan suasana sejuk damai.
Gambar 8. Suasana taman yang rindang
![]() |
Gambar 8 |
Mrigadayavan Palace yang terletak istana ini berada di
pantai Bang kra antara Cha-am dan Hua hin. Tepatnya berada di 1281 Phet Kasem Road,
Tambon Cha-am, Amphore Cha-am, Chang wat Petchaburi 76120. Provinsi Phetchaburi
adalah istana yang dibangun oleh Raja Vajiravud yang bergelar Raja Rama VI dari
Siam (sekarang Thailand). Beliau memerintah Siam dari tahun 1910 sampai 1925.
Untuk saat ini Bangkok dipimpin oleh Raja Rama X, yaitu Vajiralongkon.
Udara yang berhembus sejuk. Terlihat kursi putih dengan
sedikit ukiran. Wah, sepertinya enak juga ya kalau duduk dulu di sini. Bisa
berandai-andai sejenak untuk membayangkan jadi istri raja zaman Bangkok kala
old haha.
Konon, setelah meninggal pada tahun 1925, tempat ini sempat
terbengkalai. Karena adik yang menjadi penggantinya telah membuat istana
sendiri. Baru pada tahun 1965, Raja Bhumibol memberi izin untuk digunakan
sebagai tempat wisata. Tentunya dengan beberapa aturan yang harus ditaati oleh
pengunjung.
Gambar 9. Taman teduh dengan kursi putih bersih yang
panjang.
![]() |
Gambar 9 |
Duduk di sini menyenangkan, banyak angin. Setelah selesai
melamun, penulis melanjutkan perjalanan. Kini tiba di area istana. Istana ini
dikenal sebagai tempat liburan musim panas. Iya, memang sangat cocok sekali
bila digunakan sebagai tempat untuk liburan.
Di samping itu, Mrigadayavan Palace juga dikenal sebagai
ISTANA CINTA DAN HARAPAN karena ketika Ratu Indrasakdi Sachi sedang hamil. Raja
Rama VI (Varijudh) sangat berharap untuk mendapatkan ahli waris. Sehingga
beliau sangat memperhatikannya kehamilannya. Namun sayang sekali, sang ratu
keguguran. Duh, melow sekali kisahnya.
Istana ini selesai dibangun pada tahun 1924. Pada mulanya
dirancang sendiri oleh Raja Vajiravudh. Kemudian untuk finishing-nya raja
menunjuk arsitek Italia, bernama Ercole Manfredi agar memberi sentuhan akhir
pada desain. Gaya arsitekturnya bergaya barat. Karena saat itu Thailand baru
saja memulai modernisasinya di bawah Raja Rama V (1868-1910).
Istana terdiri dari tiga kelompok gedung utama dengan 16
bangunan kecil, yang satu dengan lainnya terhubung, menggunakan kayu jati yang
megah. Langit-langit istana cukup tinggi dan ukiran di semua dinding
memfasilitasi ventilasi yang baik dan memanfaatkan angin laut sepuasnya.
Arsiteknya elegan dan menjadikan tempat yang spektakuler. Desain istana sederhana
namun elegan selaras dengan iklim tropis. Sungguh layak untuk acara
jalan-jalan.
![]() |
Gambar 10 |
Seluruh konstruksi istana dibangun dengan memastikan agar
mudah menjaga kebersihannya. Semua dikontrol dengan adanya ceruk untuk air di
sekitar setiap pilar beton. Jumlah pilar beton ada sekitar 1.080. Luar biasa.
Istana ini dibuka mulai pukul 08.30-16.30.
Istana ini berada di tepi laut atau di bibir pantai Bang
kra. Konon raja berjiwa seni dan suka main opera. Dengan adanya tempat yang
tenang, teduh dan senyap ini bisa digunakan raja sebagai tempat untuk memancing
inspirasi saat menulis. Yaaa.. raja memiliki perhatian pada puisi dan sastra.
Jadi di sini merupakan tempat yang pantas dijadikan tempat untuk berlama-lama.
Istana ini letaknya sejajar dengan laut, sehinga
memungkinkan pada siang hari angin laut bisa masuk. Oh ya, sedari tadi penulis
menjumpai kumpulan anak sekolah. Meskipun yang datang relatif cukup banyak,
tapi dalam artian tidak sampai terjadi antrian panjang. Porsinya pas banget.
Sebetulnya pantai sudah dekat. Namun mengingat cara berjalan
penulis yang lelet, penulis tidak berani meneruskan, karena takut menganggu
kenyamanan peserta lain. Apalagi kegiatan ini merupakan even tingkat
internasional.
Sampai di sini, penulis bertemu dengan beberapa teman
sejawat yang sudah menyelesaikan acara ke pantai. Akhirnya penulis memutuskan
hanya sampai istana bagian depan saja. Ya.. sudah kembali ke bis dan melewati
taman lagi. Bisa melepas lelah sambil ngobrol santai dan foto bersama. Mumpung
peserta dari Indonesia agak komplit.
Gambar 12. Taman teduh dengan kursi putih bersih yang
panjang.
![]() |
Gambar 12 |
Yahh...kapan masih ingin kembali ke sini. Agar bisa berjalan
santai, slow but sure. Bisa mencapai pantai.
Aturan mengenai penggunaan pakaian selama di Mrigadayavan
Palace
Ohh iya, untuk memasuki gedung ini, ada aturan yang berlaku,
yaitu tidak boleh memakai rok pendek, celana pendek atau kaos tanpa lengan.
Disediakan sarung dan T-shirt untuk orang-orang mengenakan pakaian seperti itu.
Juga tidak boleh mengenakan sepatu. Nantinya akan diberi tas untuk sepatu dan
dibawa, sehingga saat keluar dari bangunan bisa digunakan lagi.
Pantas saja di buku petunjuk tadi tertulis dresscode: Smart
casual dengan syarat tidak memakai you can see (baju tanpa lengan), kaos dan
sandal. Wah, maaf saja kalau soal seperti ini, kami ini yang warga +62 sudah
dikenal sebagai bangsa yang selalu memakai baju yang sopan dan santun. Tanpa
ditulis seperti itu, kami pasti akan memakai baju yang tertutup.
Mungkin beda dengan budaya Barat yang dikenal suka memakai
baju seperti itu. Bahkan putra penulis yang kulaih S2 di Amerika bercerita
bahwa di sana untuk kuliah, bebas mengenakan celana pendek. Ah, bangga sekali
menjadi warga Indonesia yang dikenal memiliki budaya berpakaian secara sopan.
Rehat di sebuah resort di daerah Haadchaosamran.
Usai mengitari istana Mrigadayavan, rombongan melunsur ke sebuah
resort yang berada di daerah Haadchaosamran. Untuk melakukan ishoma (istirahat,
sholat dan makan siang). Sambil menunggu disiapkan menu, kami sholat dulu. Saat
berjalan tampak kolam renang berada di dekat laut. Bunga pun berwarna warni.
Ada yang kuning, pink dan putih.
Kami masuk ke Piyatida restaurant yang berada dalam resort
tersebut. Pada ruang makan telah tertata beberapa meja dengan 10 kursi. Sama
seperti saat berangkat terdapat menu halal dan vegetarian. Kami para dokter
gigi perempuan yang berasal dari Indonesia memilih bagian halal.
Di situ tersedia beberapa menu. Penulis tertarik dengan menu
nasi kuning yang warnanya sangat sumringah.
Gambar 14. Menu nasi kuning yang sudah ditakar beserta
lauknya dan dikemas dengan plastik.
![]() |
Gambar 14 |
Menu lain ada berbagai sea food, seperti kerang dan udang.
Penulis tidak berani ambil jenis ini, dikarenakan memiliki riwayat alergi. Dan
tentunya ada menu andalan khas Bangkok. Apakah itu? Tom Yam asli yang segar
asli made in Bangkoklah. Hmm..yummy.
Bersambung
Kembali ke tulisan sebelumnya: Seminar Kedokteran Gigi Internasional di Bangkok
Leave a Comment