Pengalaman Mengunjungi Mrigadayan Palace, Istana Raja Thailand


Ketika sudah sampai Mrigadayavan Palace atau Mrigadayan Palace, rombongan mulai turun mulai berjalan. Nampaknya untuk mencapai istana masih cukup jauh nih. Nah, yang diajak jalan ini, hampir semuanya adalah dokter gigi yang bekerja sebagai militer. Bisa diduga kan, bagaimana cara jalan mereka. Pasti cepat banget, sedang penulis adalah dokter gigi sipil yang agak gemuk (maaf, tidak mau dibilang gemuk hehe). Ditambah dengan hobinya suka menikmati sekaligus mengabadikannya. Jadi otomatis sering ketinggalan.

Gambar 7
Gambar 7. Berjalan menuju istana Mrigadayavan atau Mrigadayan Palace.

Kebetulan cuaca saat itu cukup panas. Namun karena banyak pohon yang rindang dengan semak hijau yang rimbun. Jadinya membuat hati dan mata jadi mak nyes. Adem banget.

Setelah diberi tiket, kami mulai memasuki taman. Hampir sama dengan suasana di Indonesia. Taman dengan pepohonan nan teduh. Angin pun bertiup menjadikan suasana sejuk damai.
Gambar 8
Gambar 8. Suasana taman yang rindang

Mrigadayavan Palace yang terletak istana ini berada di pantai Bang kra antara Cha-am dan Hua hin. Tepatnya berada di 1281 Phet Kasem Road, Tambon Cha-am, Amphore Cha-am, Chang wat Petchaburi 76120. Provinsi Phetchaburi adalah istana yang dibangun oleh Raja Vajiravud yang bergelar Raja Rama VI dari Siam (sekarang Thailand). Beliau memerintah Siam dari tahun 1910 sampai 1925. Untuk saat ini Bangkok dipimpin oleh Raja Rama X, yaitu Vajiralongkon.

Udara yang berhembus sejuk. Terlihat kursi putih dengan sedikit ukiran. Wah, sepertinya enak juga ya kalau duduk dulu di sini. Bisa berandai-andai sejenak untuk membayangkan jadi istri raja zaman Bangkok kala old haha.

Konon, setelah meninggal pada tahun 1925, tempat ini sempat terbengkalai. Karena adik yang menjadi penggantinya telah membuat istana sendiri. Baru pada tahun 1965, Raja Bhumibol memberi izin untuk digunakan sebagai tempat wisata. Tentunya dengan beberapa aturan yang harus ditaati oleh pengunjung.
Gambar 9
Gambar 9. Taman teduh dengan kursi putih bersih yang panjang.

Duduk di sini menyenangkan, banyak angin. Setelah selesai melamun, penulis melanjutkan perjalanan. Kini tiba di area istana. Istana ini dikenal sebagai tempat liburan musim panas. Iya, memang sangat cocok sekali bila digunakan sebagai tempat untuk liburan.

Di samping itu, Mrigadayavan Palace juga dikenal sebagai ISTANA CINTA DAN HARAPAN karena ketika Ratu Indrasakdi Sachi sedang hamil. Raja Rama VI (Varijudh) sangat berharap untuk mendapatkan ahli waris. Sehingga beliau sangat memperhatikannya kehamilannya. Namun sayang sekali, sang ratu keguguran. Duh, melow sekali kisahnya.    

Istana ini selesai dibangun pada tahun 1924. Pada mulanya dirancang sendiri oleh Raja Vajiravudh. Kemudian untuk finishing-nya raja menunjuk arsitek Italia, bernama Ercole Manfredi agar memberi sentuhan akhir pada desain. Gaya arsitekturnya bergaya barat. Karena saat itu Thailand baru saja memulai modernisasinya di bawah Raja Rama V (1868-1910).

Istana terdiri dari tiga kelompok gedung utama dengan 16 bangunan kecil, yang satu dengan lainnya terhubung, menggunakan kayu jati yang megah. Langit-langit istana cukup tinggi dan ukiran di semua dinding memfasilitasi ventilasi yang baik dan memanfaatkan angin laut sepuasnya. Arsiteknya elegan dan menjadikan tempat yang spektakuler. Desain istana sederhana namun elegan selaras dengan iklim tropis. Sungguh layak untuk acara jalan-jalan.
Gambar 10
Gambar 10. Nampak sebagian luar dari Mrigadayan Palace sebagai istana liburan musim panas. 

Seluruh konstruksi istana dibangun dengan memastikan agar mudah menjaga kebersihannya. Semua dikontrol dengan adanya ceruk untuk air di sekitar setiap pilar beton. Jumlah pilar beton ada sekitar 1.080. Luar biasa. Istana ini dibuka mulai pukul 08.30-16.30.
Gambar 11

Gambar 11. Mengintip dari luar dari Mrigadayan Palace.

Istana ini berada di tepi laut atau di bibir pantai Bang kra. Konon raja berjiwa seni dan suka main opera. Dengan adanya tempat yang tenang, teduh dan senyap ini bisa digunakan raja sebagai tempat untuk memancing inspirasi saat menulis. Yaaa.. raja memiliki perhatian pada puisi dan sastra. Jadi di sini merupakan tempat yang pantas dijadikan tempat untuk berlama-lama.

Istana ini letaknya sejajar dengan laut, sehinga memungkinkan pada siang hari angin laut bisa masuk. Oh ya, sedari tadi penulis menjumpai kumpulan anak sekolah. Meskipun yang datang relatif cukup banyak, tapi dalam artian tidak sampai terjadi antrian panjang. Porsinya pas banget.

Sebetulnya pantai sudah dekat. Namun mengingat cara berjalan penulis yang lelet, penulis tidak berani meneruskan, karena takut menganggu kenyamanan peserta lain. Apalagi kegiatan ini merupakan even tingkat internasional.

Sampai di sini, penulis bertemu dengan beberapa teman sejawat yang sudah menyelesaikan acara ke pantai. Akhirnya penulis memutuskan hanya sampai istana bagian depan saja. Ya.. sudah kembali ke bis dan melewati taman lagi. Bisa melepas lelah sambil ngobrol santai dan foto bersama. Mumpung peserta dari Indonesia agak komplit.
Gambar 12
Gambar 12. Taman teduh dengan kursi putih bersih yang panjang.

Yahh...kapan masih ingin kembali ke sini. Agar bisa berjalan santai, slow but sure. Bisa mencapai pantai.
                                                            
Aturan mengenai penggunaan pakaian selama di Mrigadayavan Palace     

Ohh iya, untuk memasuki gedung ini, ada aturan yang berlaku, yaitu tidak boleh memakai rok pendek, celana pendek atau kaos tanpa lengan. Disediakan sarung dan T-shirt untuk orang-orang mengenakan pakaian seperti itu. Juga tidak boleh mengenakan sepatu. Nantinya akan diberi tas untuk sepatu dan dibawa, sehingga saat keluar dari bangunan bisa digunakan lagi.

Pantas saja di buku petunjuk tadi tertulis dresscode: Smart casual dengan syarat tidak memakai you can see (baju tanpa lengan), kaos dan sandal. Wah, maaf saja kalau soal seperti ini, kami ini yang warga +62 sudah dikenal sebagai bangsa yang selalu memakai baju yang sopan dan santun. Tanpa ditulis seperti itu, kami pasti akan memakai baju yang tertutup.

Mungkin beda dengan budaya Barat yang dikenal suka memakai baju seperti itu. Bahkan putra penulis yang kulaih S2 di Amerika bercerita bahwa di sana untuk kuliah, bebas mengenakan celana pendek. Ah, bangga sekali menjadi warga Indonesia yang dikenal memiliki budaya berpakaian secara sopan.

Rehat di sebuah resort di daerah Haadchaosamran.

Usai mengitari istana Mrigadayavan, rombongan melunsur ke sebuah resort yang berada di daerah Haadchaosamran. Untuk melakukan ishoma (istirahat, sholat dan makan siang). Sambil menunggu disiapkan menu, kami sholat dulu. Saat berjalan tampak kolam renang berada di dekat laut. Bunga pun berwarna warni. Ada yang kuning, pink dan putih.
Gambar 13
Gambar 13. Suasana di sebuah resort sebagai tempat untuk makan siang.

Kami masuk ke Piyatida restaurant yang berada dalam resort tersebut. Pada ruang makan telah tertata beberapa meja dengan 10 kursi. Sama seperti saat berangkat terdapat menu halal dan vegetarian. Kami para dokter gigi perempuan yang berasal dari Indonesia memilih bagian halal.
Di situ tersedia beberapa menu. Penulis tertarik dengan menu nasi kuning yang warnanya sangat sumringah.
Gambar 14
Gambar 14. Menu nasi kuning yang sudah ditakar beserta lauknya dan dikemas dengan plastik.

Menu lain ada berbagai sea food, seperti kerang dan udang. Penulis tidak berani ambil jenis ini, dikarenakan memiliki riwayat alergi. Dan tentunya ada menu andalan khas Bangkok. Apakah itu? Tom Yam asli yang segar asli made in Bangkoklah. Hmm..yummy.
Gambar 15
Gambar 15. Menu tom yam.

Bersambung

Kembali ke tulisan sebelumnya: Seminar Kedokteran Gigi Internasional di Bangkok







Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.