Menengok Peradaban Arab Zaman Kuno di Museum Al Amoudi Mekkah (bag 2, habis)

 

Dalam Al Amoudi Museum ini, isinya lumayan banyak dan cukup unik. Bagi pengunjung yang suka berselfi, tempat ini merupakan tempat yang sangat tepat, karena cukup instragamable. Menariknya lagi, para pengunjung bisa menggunakan berbagai properti untuk berfoto. Tentu saja para pengunjungpun seolah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Hehehe..

Spot properti pakaian tradisional Arab

Selain koleksi berupa peralatan rumah tangga, terdapat pula pakaian adat atau tradisional yang dilengkapi dengan perhiasan aksesoris. Sebagai daya tarik, pengunjung diizinkan oleh petugas untuk menjajal semua properti tersebut untuk berfoto. Foto yang paling diminati setelah spot Hajar aswad tiga dimensi ialah berpakaian ala raja maupun ala tentara Arab. Dengan area yang sudah dibuat dengan menyesuaikan zaman old. Sungguh mengesankan.

Gambar 4

Gambar 4. Deretan pakaian tradisional dan penulis bersama suami mencoba kostum baju Arab.

Merasa ikut tergetar saat berada di sudut senjata

Pada Weapon Corner atau sudut senjata, disuguhkan benda peninggalan sejarah, antara lain ada zirah (pakaian pelindung yang terbuat dari lempengan besi) yang biasanya dipakai saat perang. Plus senjata seperti pedang, senapan dan ikatan panah. Berikut ada topi dari besi.

Senapan dan pedang kuno ditaruh dengan cara digantung pada dinding. Disitu tertulis tidak boleh disentuh. Namun disediakan pula yang bisa dipakai berfoto. Pengunjung bisa mencoba dengan didampingi petugas.

Gambar 5 (klik untuk perbesar gambar)

Gambar 5. Rompi yang terbuat dari besi dan Dik Andit membawa senapan serta menggunakan topi besi.  

Pada deretan koleksi senjata, di samping senapan terdapat pula pedang yang khas kala peradaban masa lalu. Ada pedang yang ditaruh didinding dan ada juga yang untuk mejeng. Pada pedang yang bisa dicoba untuk berpose ditaruh di kotak berlapiskan kain hijau. Di situ tertulis Zulficar, yang merupakan model pedang dari Ali bin Abi Talib. Adapun modelnya adalah sebilah pedang dengan dua cabang di ujungnya, dan pada badan pedang terdapat tulisan semacam kaligrafi berwarna kuning.

Masya Allah..tiba-tiba saja melalui koleksi ini penulis merasa merinding dan seolah dihipnotis untuk diajak bersama memasuki lorong waktu di Makkah.

Penulis sempat mencoba mengangkat pedang yang ternyata cukup berat. Fuihh...Jadi membayangkan, bagaimana fisik tentara negeri ini di masa lalu, kala berperang. Harus menggunakan peralatan perang yang serba berat. Jadi membayangkan seperti bisa mengintip kekehidupan bangsa Arab zaman old.

Gambar 6

Gambar 6. Kotak tempat pedang beralas hijau dengan keterangan Zulficar, dan suami penulis membawa pedang yang diambil dari kotak tersebut.   

Spot deretan alat telekomunikasi masa lalu   

Di ruangan ini terdapat pula Mekah tempo dulu sampai kini yang disajikan dalam rangkaian foto. Ada gambaran Masjidil Haram, Kakbah dan jamaah saat melakukan tawaf dan sai yang sangat sederhana di masa lampau. Di sampingnya tampak seperangkat alat telekomunikasi. Melalui peralatan kehidupan sehari-hari tersebut, para pengunjung mampu menghadirkan sekilas kehidupan bangsa Arab di masa lalu.

Gambar 7

Gambar 7. Alat komunikasi, mulai telpon jadul sampai Hand Phone lawas.

Sesi Outdoor yang tidak kalah menariknya

Museum ini tidak terlalu luas. Mungkin hanya sekitar dua ribu meter persegi. Akan tetapi suasana pameran koleksi sangat menarik. Selanjutnya penulis dan rombongan menuju beberapa koleksi yang beratapkan langit alias outdoor. Rupanya museum ini meletakkan properti pada dua bagian, yakni indoor dan outdoor. Kini waktunya berkeliling di bagian outdoor.

Di Al Amoudi Museum bagian outdoor ini masih berisi sama, yaitu dengan koleksi artefak peradaban Arab zaman dulu. Mata penulis tertumbuk pada spot cantik yang menarik perhatian, pohon kurma dengan dikelilingi bebatuan kerikil berwarna putih dan dinding yang berwarna coklat. Sejenak penulis melakukan jeprat jepret di situ.

Gambar 8 (klik untuk memperbesar gambar)

Gambar 8. Spot outdoor Al Moudi Museum sangat pas untuk narsis sebagai kenang-kenangan

Ooh iya.. Al Amoudi Museum ini dikelola oleh lembaga swasta. Ternyata nama Al Amoudi ini untuk mengabadikan nama pemiliknya. Pendirinya memiliki nama Abubakar Al Amoudi. Ia membangun museum ini sengaja dengan cara kuno, persis dengan rumah tradisional khas Arab masa lalu, yakni dengan cara mencampur tanah atau lumpur dengan susu untuk dinding dan atapnya, serta metutupi langit-langitnya dengan daun. Pantas saja semua dindingnya berwarna coklat, karena terbuat dari campuran lumpur dan susu. 

Pada sesi outdoor, adapula photo booth semacam tenda yang dilengkapi dengan alas karpet berwarna merah. Dengan dinding coklat yang bergerigi, plus latar belakang gunung batu yang cocok untuk lokasi berfoto. Di situ para pengunjung bisa bergaya seolah sedang dalam perjamuan minum teh atau kopi.

gambar 9

Gambar 9. Photo booth dengan seperangkat keperluan minum.    

Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit agar bisa  melihat seluruh area museum ini. Hal ini disebabkan para pengunjung diajak berkeliling untuk mengunjungi satu per satu ruangan museum agar dapat mengenal dengan lebih baik. Waoww..tak terasa waktu sudah sore

Museum seperti istana

Setelah puas karena telah berkesempatan mengunjungi Al Amoudi Museum dengan pengalaman seru demi menyelami kehidupan bangsa Arab pada zaman dahulu kala, kami akan kembali menuju bis. Sebelum keluar, penulis dan suami masih sempat mengambil gambar di pintu. Karena kalau begini kok mirip setingan gambaran istana di komik atau film animasi ya..

Gambar 10. Bersama suami di dinding berwarna coklat muda, yang menggambarkan tembok peradaban Arab masa lalu.

Baca bagian 1: klik sini

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.