Kuliah di Masa Pandemi | Inovasi Cara Mengajar (Bag-1)

Pandemi COVID-19 belum berakhir. Tanpa terasa kondisi seperti ini sudah berjalan selama 10 bulan. Waduh..andai dia janin..pastinya sudah lahir ya. Hehe.. Atau bila terjadi pada usia anak balita sudah akan merayakan Hari Ulang Tahun yang pertama secara meriah. Subhanallah...

Dengan adanya pandemi ini, maka bentuk pendidikan, baik yang masih sekolah di SD, SMP, SMA dan di perkuliahan masih harus dengan cara DARING (dari jaringan) atau ONLINE. Para pembaca yang budiman, sebenarnya penulis yang berprofesi sebagai dosen ingin bercerita tentang kisah perjuangan penulis sebagai dosen saat harus membuat materi kuliah inovatif atau lebih tepatnya disebut curhat ya..

Di awal pandemi, secara mendadak semua kegiatan, termasuk di dunia pendidikan harus lockdown. Mengapa? Iyaa. Hal ini dilakukan mengingat adanya bahaya mengancam, yaitu mudahnya terjadi penyebaran si virus CORONA SARS-COV- 2 ini (nama asli dari COVID-19) dan bila virus ini berhasil masuk menyerang dan COCOK pada orang tertentu, maka dapat mengakibatkan sesak nafas dan bisa berakhir pada kematian. Seram...sekali.

Kuliah pada fase sebelum masa pandemi dilakukan dengan cara tatap muka langsung sekaligus berdiskusi spontan bila ada yang tidak paham. Dan secara mendadak semua harus dilakukan secara online. 

Hal ini membuat kami agak bingung dan gelagapan. Mungkin bisa diibaratkan seperti orang tidak bisa berenang langsung dimasukan dalam air. Pastinya gelagap-gelagep sambil mata merem, sehingga tidak tahu arah serta tangan menggapai minta pertolongan kan?

Orang tenggelam (sumber: Hartoto, 2020)

Lockdown dunia pendidikan

Lock down! Makna tidak langsung adalah berhenti. Hmmm..ya..kita memang diwajibkan mengurangi berbagai aktivitas sosial, termasuk bepergian keluar negeri. Sesaat semua bagaikan di-paused (jeda). Bagaimana dengan PENDIDIKAN. Ah...walaupun the world is paused, but we are moving forward. Pendidikan tidak boleh berhenti.

Beruntungnya sebagai makluk Allah Swt, kita sudah dibekali akal. Hal pertama yang harus disadari adalah selalu ber-positive thinking terhadap rencanaNya. Kehadiran si makhluk super spreader ini atas izin Allah Swt. pasti ada hikmahnya nanti akan terjawab seiring berjalannya waktu.

Kedua, kita harus memutar otak untuk selalu belajar dan belajar. Belajar itu memang never ending-lah. Bersyukur sekali, penulis yang berprofesi sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Gigi (FKH) Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya sudah difasilitasi untuk ikut berbagai webinar dengan beberapa seri.

Di antaranya bertujuan untuk membuat kuliah inovatif agar mahasiswa mudah menerima topik yang tentunya lebih sulit dicerna mahasiswa dibanding saat bertatap muka langsung.

Manfaatkan Webinar

Di samping itu, penulis juga rajin mengikuti berbagai webinar mengenai si makhluk kecil yang mudah masuk untuk menginfeksi tubuh manusia ini. Dengan harapan bisa mengerti sifat dan kelemahan si virus nakal ini. harapannya bisa terhindar dari ‘si dia.’ Dan paling penting bisa tetap sehat.

Untuk kepentingan adanya kuliah dan diskusi secara online, langkah awal yang paling dibutuhkan adalah KUOTA. Nah..kalau yang seperti ini masih bisa diatasi dengan cara memasang WiFi.

Setelah kuota, masih ada yang harus dikelola, yakni gadget. Rasanya tidak bisa kalau tergantung dengan satu saja, mengingat penulis setiap minggu harus berdiskusi dengan mahasiswa, baik yang masih pra klinik maupun di klinik. Jadi agar memory gadget tidak penuh, tugas yang tidak kalah pentingnya adalah acara bersih-bersih memory HP. Hehehe… (bersambung ke bagian dua, klik sini)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.