Wisata Kapal Phinisi Labuan Bajo (Bag 3-Habis) | Waktunya Shopping
Sungguh pengalaman tak terlupakan berwisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Saat sailing tour secara privat bersama kapal phinisi Cajoma IV dengan tujuan utama untuk menjelajahi dan menikmati ‘harta karun’ dunia yang berada di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) selama dua hari satu malam (2D, 1N) telah memperkaya wawasan tentang banyak hal.
Pertama, mengetahui secara langsung betapa kaya dan indahnya
negeri Indonesia. Kedua, bisa berkenalan para ABK (Anak Buah Kapal) atau crew
kapal yang amat menyenangkan, termasuk chef yang ramah dengan berbagai
menu hidangan dan pisang gorengnya yang dahsyat.
Ketiga, pengalaman tentang cara hidup di kapal dan keempat
tentang saat sholat yang selalu berganti arah. Karena arah kiblat yang sering
berpindah ketika berada atas kapal.
Ternyata hal yang didapat bukan hanya tentang indahnya
destinasinya saja. Perjalanan atau traveling mengajarkan banyak hal mengenai
kehidupan. Penulis terkenang Hans Cristian Andersen yang pernah berkata, “To
travel is to live.”
Waktunya Shopping ke Exotic Gallery
Cajoma IV merapat dan bersandar di Pelabuhan Labuan Bajo.
Rombongan menuju Hotel Jayakarta. Seperti penulis ceritakan di awal tulisan,
bahwa traveling ke pantai Indonesia itu terkenal dengan 3 S nya. Stt... masih
ada bonus S satu lagi. Apakah itu ? Shopping hahaha...
Meski sebetulnya setelah makan malam acara Persatuan Dokter
Gigi Indonesia (PDGI) masih ada acara semacam farewell. Namun kami lebih
mementingkan untuk S yang terakhir, yaitu shopping.
Karena kalau besok pagi mau belanja waktunya sangat mepet,
mana belum menata barang hasil shopping ria hehe. Besok pagi pada hari keempat
masih ada acara melihat Sunrise dari Bukit Sylvia.
Penulis bersama drg. Sita mendapat kamar yang sama di hotel.
Kami berempat. Penulis, drg. Sita, drg. Leni, dan drg. Andi. Kami berasal dari
keluarga besar dokter gigi yang dinas di lingkungan TNI AL sudah janjian. Kami mandi
di kamar hotel masing-masing lalu makan malam di hotel dan cus cari buah tangan untuk kerabat.
Meskipun sudah tiga hari di Labuan Bajo, tapi penulis belum
pernah sekalipun belanja. Ya .. iyalah..kan kami berada dalam seminar dan ada
di Perairan Flores.
Lalu, kami memakai taksi yang bisa dihubungi. Kebetulan drg.
Leny memiliki nomor kontaknya. Tujuan pertama menuju EXOTIC GALLERY. Di toko
ini kami dilayani oleh pramuniaga yang hitam manis, wajah khas orang
timur Indonesia.
Di sini tersedia berbagai sovenir, seperti gantungan kunci,
tempelan kulkas, sepatu, tas, perhiasan, miniatur komodo, dan pernik lainnya.
Paling menarik adalah kain tenunnya. Ada yang masih berupa
kain, dan ada yang sudah jadi baju. Pada baju yang sudah jadi, kebanyakan
dikombinasi dengan warna hitam atau warna polos lainnya. Soal harga, relatif mahal.
Kenapa ya?
![]() |
Souvenir yang dipajang di Exotic Gallery |
Fakta Luar Biasa Tentang Kain Tenun Khas Flores
Sejak dahulu bagi pecinta busana, Flores memiliki daya tarik
tersendiri, yaitu tradisi tenun ikat. Konon pembuatan dimulai bahan, teknik
membuat benang, teknik menenun, teknik meracik warna sangat teliti, telaten dan
benar-benar hand-made.
Pada umumnya kain tenun ikat dibuat oeh kaum wanita berbahan dasar kapas yang diambil dari kebun lalu dipilin menjadi benang. Hebatnya mengenai perwarnaan benang tanpa menggunakan bahan kimia, jadi seluruh warna yang digunakan berasal dari bahan alam yang menghasilkan warna alami.
Wow Bahan Pewarnanya
Warna biru kehitaman dihasilkan dari daun nila yang tumbuh
di dataran rendah Flores. Jika ingin hasil warna biru lebih muda, maka dan nila
bisa dicampur dengan kapur sirih. Warna merah kecoklatan bisa didapat dari akar
mengkudu.
Kunyit dan kulit pohon mangga menghasilkan warna kuning, daun mangga serta daun katuk untuk mendapatkan warna hijau. Dan ada bahan lain, seperti racikan beberapa jenis tumbuhan khas Flores, seperti mengkudu, tarum, zopha, kemiri, dongu, buah usuk dan lain-lain.
Biasanya penenun melakukan
eksperimen untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Wow juga Prosesnya
Untuk memproses warna membutuhkan waktu satu minggu,
kemudian dilakukan fermentasi selama dua minggu. Jadi dibutuhkan waktu dengan
kisaran sekitar 3-4 bulan agar bisa menyelesaikan selendang tenun ikat.
Jadi kini bisa mengerti mengapa harga yang diberikan untuk
penjualan kain tenun relatif agak mahal. Sebab memang merupakan harga yang
sepadan dengan waktu, kualitas, dan keterampilan pembuatnya.
Penulis mengambil semacam selendang dan pernik untuk buah
tangan teman di kantor dan untuk keluarga. Memang rasanya traveling tanpa S
yang shopping ini bagaikan sayur tanpa garam.... Rasanya sepoo... karena kita
tidak memiliki kenang-kenangan. Iya kan...kan..Wkwkwk
Hunting Souvenir ke Pasar Wikesambi
Usai mendatangi exotic gallery, teman-teman berdiskusi,
dengan supir yang baik ini. Kami menanyakan apakah malam ini masih ada tempat
lain untuk mencari barang serupa. Dijawab ada. Dan untungnya masih ada waktu
yang tersisa. Jadi kami menuju ke pasar Wikesambi.
Di toko ini tersedia aneka macam sovenir seperti kopiah, tas
dan kain tenun ikat warisan tradisional. Kini motif dan warna kain tenun ikat
warisan tradisional Flores sudah modern dan sadar akan fashion. Semua sangat
elegan. Harga di toko ini lebih miring.
![]() |
Toko di Pasar Wikesambi, Labuan Bajo |
Dari catatan perjalanan ini, penulis ingin mengucapkan, “Thank you Labuan Bajo... it’s wonderful." Bisa dikatakan, pelabuhan Labuhan Bajo ini adalah gerbang utama menuju ‘surga’ dari Taman Nasional Komodo dengan adanya keunikan panorama yang menakjubkan dari sudut berbeda.
Tips Berwisata Kapal Phinisi Labuan Bajo
Ayo ke LB! Sungguh pengalaman yang harus dicoba oleh
pembaca, berlayarlah bersama keluarga. Akan ada momen terbaik menanti anda di
Labuan Bajo.
Sail away..sail away.... Refleksi transportasi laut yang
memiliki peran penting dalam mengangkat kembali anreka potensi wisata bahari
yang begitu kaya.
Untuk meringankan biaya menyewa kapal, sebaiknya pergi
secara rombongan.(habis)
Kembali bagian dua
Leave a Comment