Tempat Wisata Sekitar Bima (Bag-4) | Napak Tilas Kesultanan Bima

 


Acara selanjutnya, penulis segera bergeser menuju Istana Kesultanan Bima, yang merupakan jejak kaum ningrat di Bima. Dahulu, penduduk dan pemerintahan bercorak Hindu. 

Akhirnya agama Islam resmi menjadi agama mengantikan ajaran Hindu dan gelar raja diganti menjadi sultan.

Saat pertama kali masuk ke dalam keraton Kesultanan Bima, sebagian besar ruangan ini terdiri dari kayu jati. Terdapat simbol kesultanan. Di situ terdapat tambur di balik kaca yang pada zaman dahulu sering digunakan.


Kami pun dipandu Bu Astuti diajak belok ke kiri. Di sini terdapat berbagai koleksi senjata yang digunakan pada masa lalu. Ada beberapa keris, yang digunakan untuk para petingginya.

Senjata ini ditaruh dalam ruangan berdinding kaca. Kemudian masih diberi pengaman berupa terali besi. Iya..memang benda ini bersejarah dan sangat berharga. Area ini dengan pencahayaan yang berbeda, sehingga terasa ruangan yang sakral     

Selanjutnya kami naik ke lantai dua. Di sini ada kamar sultan, putri dan putranya. Ruangannya cukup sederhana. Tempat tidurnya berkelambu putih, seperti tempat tidur jadul. Penulis tidak menemukan singgasana seperti pada sisa kerajaan masa lalu di Indonesia.


Karena ternyata Sultan tidak mau duduk di singgasana. Beliau berkenan duduk di bawah dengan rakyatnya. Hanya yang membedakan tempat duduk sultan diberi semacam bantal yang diduduki...wahh.sangat sesuatu sekali untuk ukuran zaman dulu. Dan yang bisa dijadikan spot foto hanya berupa miniatur baju pernikahan putri sultan

Tempat Wisata Sekitar Bima, Masjid Terapung Amakari

Usai mendengar cerita tentang tentang kesultanan tadi, maka kami melakukan sholat secara jamak di Masjid terapung Amakari. Setelah tadi beraudensi dengan alam, kini saatnya beraudensi dengan Sang Maha Pencipta. 

Bisa berhenti dan sholat di masjid ini merupakan suatu perjalanan spiritual. Mengucap syukur atas nafas dan semua nikmat.


Kuliner Khas Bima

Cuaca saat itu benar-benar panas, dan tubuh juga sudah mulai dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah (baca: haus dan lapar).

Maka kami harus secepatnya mendapatkan asupan nutrisi nih. Dan pilihan kami jatuh pada kuliner khas Bima. Warung makan prasmanan Bu Eti khas Bima. It’s time to icip-icip


Menu ikan kuah asam atau palumara lengkap 

Ada tiga nama sambal, yaitu sambal tomat plus bawang mentah, sambal sepi berwarna ungu yang terbuat dari udang. Sedang yang berwana hijau adalah mangga

Jangan Lupa Oleh-olehnya

Setelah melakukan acara inti berupa charity dan bonus berupa travelling, kami langsung cap cus ke bandara untuk kembali ke Surabaya. 

Dengan membawa oleh-oleh berupa makanan jagung dan jajanan khas Bima plus sovenir. Itulah sekelumit cerita tentang Bima. Good bye Bima..nice to meet you

Yukk... dont stop explore Bima. Memang indah ya.... Sesekali cobalah mengunjungi...dan menikmati keelokan pemandangan di sekitar sana.(habis)

Artikel ini pernah diedit dan dimuat di Harian Surya pada 29 Januari 2019

Kembali ke bagian tiga



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.