Wisata Ke Pulau Komodo dan Baksos di Labuan Bajo (Bag. 5) | Fakta Unik Komodo

 


Taman Nasional Komodo saat ini menjadi salah satu destinasi utama di Indonesia. Bahkan Kementerian Parawisata Republik Indonesia menetapkan sebagai destinasi wisata prioritas/premium. Di daerah ini, selain jajaran pulau yang eksotis dan fotogenik, keberadaan si Komo bisa menjadi daya tarik utama. Traveler bisa narsis dengan si Komo dalam radius yang aman.

Pertama Diteliti Ilmuwan Belanda 1911 

Keberadaan si Komo sebagai reptil besar mirip kadal raksasa yang ganas di pulau ini pertama kali diperkenalkan secara ilmiah pada publik pada 1911. Seorang ilmuwan Belanda bernama Peter A. Ouwens memperkenalkan kepada masyarakat luas, yang kala itu ia menjabat sebagai direktur museum Zoologi di Bogor. Sejak saat itulah kepedulian terhadap keberadaan hewan ini terus meningkat. Puncaknya, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan larangan perburuan hewan ini demi menjaga kelestariannya.


Kami melanjutkan perjalanan. Perlu diketahui, yang hidup di
kawasan ini tidak hanya si Komo, masih banyak hewan menarik lain, di antaranya rusa, babi hutan, kuda liar, kerbau liar, ayam hutan, ular dan berbagai hewan lain. Haduhh..pantas saja tadi kok penulis melihat kotoran kerbau. 

Konon hewan kawasan ini merupakan perpaduan antara hewan Asia dan Australia. Paling tidak ada 25 spesies hewan darat dan burung yang masuk dalam kategori hewan dilindungi karena jumlah dan penyebaran hidupnya kian terbatas. Selain merupakan habitat dari beberapa hewan, keistimewaan tempat ini adalah keanekaragaman flora yang begitu eksotis. Beberapa pohon diberi nama Indonesia beserta bahasa latinnya. Ada beberapa pohon dengan sulur dan bentuk akar yang unik. Sungguh...merupakan harmoni alam.

Terdapat papan yang berisi himbauan lagi. Dengan tulisan, “Anda memasuki dalam Taman Nasional Komodo, diharap tidak menebang pohon, tidak menyalakan api, tidak berburu satwa. Kelestarian komodo berada di tangan Anda. Alasan larangan merokok di kawasan ini karena seluruh area kawasan ini merupakan padang rumput savana yang mudah terbakar.

Kotoran Komodo Ternyata Warnanya Putih

Oh iyaa.. Ranger menunjukkan adanya kotoran dari si Komo yang berwarna putih. Lho..lho.. kenapa bisa berwarna putih seperti kristal atau kapur putih ya? Sungguh aneh bila dibandingkan dengan kotoran hewan lainnya. Ternyata Mas Ranger menerangkan bahwa si Komo ini kan termasuk hewan karnivora. Dia akan melahap sampai habis mangsanya sampai termasuk tulang hingga tak bersisa. Lalu tulang tadi dicerna di perut dan akan dikeluarkan seperti ini. Jadi tidak perlu heran jika kotoran si Komo memiliki bentuk tak biasa. So...warna putih itu bersumber dari tulang mangsanya.

Kotoran komodo

Saat berjalan tanah tampak daun kering berjatuhan dengan papan peringatan agar selalu dalam grup. Sambil berjalan ranger bercerita, bahwa ada seorang traveler asing yang diserang oleh si Komo. Hhh..ngerinya. selanjutnya rombongan melewati padang tandus. Kini rombongan sampai pada tempat bertelurnya. Salah satu kebiasaan unik si Komo ialah selalu bersarang dalam lubang sedalam 1,3 meter. Ternyata, hal ini merupakan cara si Komo untuk menjaga agar suhu tubuhnya tetap panas.

Betina Bisa Bertelur Tanpa Dibuahi Jantan  

Agar perjalanan aman dan nyaman, terdapat peringatan No Trepassing karena merupakan tempat komodo nesting ground. So please stay on trail. Mungkin bagi yang tidak cermat hal tersebut tak berarti. Tapi dengan ranger yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan, jadinya kami tahu lebih banyak mengenai si Komo.

Dan yang menarik lagi, perkembangbiakannya dilakukan dengan cara bertelur. Sejumlah data penelitian menunjukkan bahwa hewan ini bisa bertelur tanpa dibuahi sang jantan. Hal ini disebut dengan PARTENOGENESIS. Cara seperti inilah yang membuat si Komo berhasil selamat dari kepunahan dan bisa bertahan hidup sampai saat ini. 

Nama Ilmiah Varanus komodoensis, Nama Lokal Ora

Kami hampir menyelesaikan trekking pendek ini dan rombongan berencana kembali pulang ke titik kumpul ranger. Ternyata di dekat dapur terdapat 3 komodo sedang berkumpul. Sebenarnya si Komo ini punya nama latin Varanus komodoensis. Oleh masyarakat setempat disebut dengan ORA. Kedudukan si Komo ini merupakan hewan karnivor yang berada di puncak rantai makanan.

Penulis mengamati ketiga komodo tersebut. Ya ampun..kok bisa warnanya senada dengan warna tanah. Ketiganya tampak tenang, santun dan santai. Menurut beberapa sumber meski tenang dan  gerakannya lambat, si Komo bisa berubah menjadi agresif dan bergerak cepat, terutama jika dipicu oleh sesuatu. 



Si Komo ini mampu berlari 20 km/jam dalam jarak pendek. Selain itu, mampu pula memanjat pohon, berenang, bahkan menyelam. Jadi jangan sembarangan menganggunya ya.

Bisa Mencium Aroma Bangkai Berjarak 9 km  

Sebentar kemudian, salah satu dari si Komo ini berjalan sambil menjulur-julurkan lidahnya. Lidah si Komo yang bentuknya bercabang dua ternyata merupakan indra penciuman yang amat berguna dalam mencari mangsa, kepekaan indranya ini membuat si Komo dapat mencium bangkai mangsa dari jarak 9 km. Adapun senjata utamanya berupa gigitannya yang berbisa dengan kandungan bakteri yang mematikan. Cakarnya juga bisa menjadi senjata alaminya.

Meski tergolong hewan karnivora, si Komo bukanlah tergolong hewan pemburu yang aktif, dia hanya memangsa hewan yang sudah lemah atau terluka. Pada kondisi tertentu dia bisa menjadi hewan kanibal yang memangsa sesama komodo.(bersambung bagian akhir, klik sini

Kembali ke bagian 4 klik sini  

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.