Lika Liku Perjalanan Ke Kawah Ijen Banyuwangi (bag-4) | Tak Akan Menyesal Sampai Puncak
Tarraaa... akhirnya.... sampailah pula kami di puncak Gunung Ijen ini. “Duhh Gusti Allah… Akhirnya atas ridho dan izinMu bisa juga aku ke tempat ini.”
Rasa syukur tak henti terucap dari bibir antara bersyukur, karena bisa sampai juga dan berucap decak kagum atas ciptaan-Nya yang begitu mempesona.
Rasa lelah dan capek yang menjalar kaki itu perlahan lenyap. Karena sudah terbayar secara tuntas dan lunas dan begitu sepadan dengan keindahan yang didapat.
![]() |
Pendakian yang tidak sia-sia, kami pun mengabadikan gambar bersama suami, seperti berada di negeri di atas kabut. |
Jadi untuk mencapai puncak Kawah Ijen ini, penulis memerlukan waktu dengan menempuh perjalanan selama 5 jam. Padahal orang lain hanya memerlukan waktu sekitar 2-3 jam saja.
Penulis jadi teringat saat membaca mengenai travelling: hanya pendaki yang tangguh yang bisa sampai ke puncak. "Hmm...ada betulnya juga ya?"
Keindahan Warna Di Kawahnya
Ternyata usaha dan pendakian Kawah Ijen memang tidak sia-sia. Rasanya puas sekali bisa sampai puncak. Pemandangan dari puncak ini sungguh indah! Keindahannya sulit dideskripsikan dengan kata-kata.
Kawahnya yang berbentuk lonjong dengan kepulan asap di beberapa tempat juga warna kuning dari belerang di pinggir kawahnya, merupakan racikan alam yang indah dipandang mata.
Hawa sejuk di lereng gunungnya yang berupa hutan asli nan rimbun semakin menambah kemolekan kawasan wisata ini.
Saat itu memang cuacanya mendung, terlihat awan yang seperti kelambu korden yang bisa berjalan menyingkap dan menutup.
Seolah-olah kabut tersebut tidak mengizinkan penulis untuk melihat kecantikan si Kawah Ijen. Namun demikian tetap masih terlihat seolah pahatan dari dinding sekitar Gunung Ijen yang berbentuk unik sekaligus antik
Kawah Ijen bak gadis bunga desa yang memiliki banyak penggemar. Dia ibarat gadis desa, yang untuk mencapainya diperlukan suatu effort agar bisa melihat kemolekan gadis bunga desa.
Penulis sudah cukup puas sampai diatas puncak Kawah Ijen saja, meskipun tidak mendapat momen blue fire.
Ternyata benar kata Mas Erwin, Tour Guide kami , “Tidak usah terlalu memburu momen blue fire, andai tidak menyaksikan blue fire, masih ada pesona Kawah Ijen yang eksotis dan spektakuler.” Wujud kebahagiaan, penulis ungkapkan dengan melakukan sesi foto berkali-kali.
Sensasi Turun Dengan Ojek Troli
Setelah puas dengan sesi jeprat-jepret, tibalah saatnya untuk kembali ke hotel. Sebenarnya saat pulang, tinggal turun dan tidak membutuhkan perjuangan berat seperti saat menuju puncak.
![]() |
Naik ojek troli, hehehe…hemat energi. |
Tapi…penulis tergoda untuk merasakan sensasi naik ojek troli. Setelah transaksi dengan salah penyedia jasa ojeknya, penulis pun naik ojek troli juga.
Rasanya ngeri-ngeri sedap lho. Sebab jalannya sempit dan sebelah kiri tampak jurang yang sangat dalam.
Ohya, pengalaman ini pernah ditulis dan dimuat di Harian Pagi Surya, tentunya setelah diedit oleh editornya.(Habis)
Kembali ke bagian 3: Ojek Troli Di Puncak Gunung
Leave a Comment