Ketika Ilmu Medis Menyerah, Tapi Takdir Allah Berbicara, Kisah Ajaib Bu Melati
(Keterangan Foto di atas: Kondisi pasien atas nama Bu Melati pada hari ke-7 setelah dilakukan Intubasi)
Sebagai dokter gigi yang sudah aktif sejak 1986, penulis menemukan banyak kisah yang bisa diambil pelajaran secara medis dan bisa dipetik hikmahnya bagi siapa pun.
Apalagi ketika penulis sudah lulus menjadi dokter gigi
spesialis penyakit mulut (drg SpPM) pada 2007 lalu, makin menambah pengalaman
menangani pasien dengan kondisi yang cukup parah.
Penulis pun mendapat tugas tidak hanya di Poli Gigi namun
juga dirujuk untuk menangani pasien ICU Bersama dokter speseialis lainnya.
Pada bagian ke-3 lalu, penulis mendapat tugas visite di ICU
isolasi dengan pasien bernama Bu Melati (bukan nama sebenarnya).
Tidak lama
setelah merawat Bu Melati, penulis dirujuk lagi oleh dokter spesialis anestesi
di ICU central, namun untuk merawat pasien lain yang berbeda (di ruang ICU
non-isolasi). Berikut ini percakapan penulis dengan admin blog ini agar lebih
mudah menyimak pengalaman penulis ini.
Tanya: Bagaimana Kondisi Awal Bu Melati Sebelum Dipindah Ke Ruang Non-Isolasi?
Jawab: Penulis tidak mendapat tugas lagi untuk visite Bu Melati. Namun, ada
jeda beberapa waktu yang mengharuskan penulis melakukan visite pasien lain ke
ruang ICU non-isolasi.
Saat merawat pasien lain, ada seorang pasien yang berusaha
memukul-mukul tempat tidurnya, sehingga membuat penulis menoleh. Ternyata
beliau adalah Bu Melati, dengan kondisi masih sulit bicara hanya menggunakan
bahasa isyarat. Tapi penulis bisa mengerti maksudnya.
Alhamdulilah, ikut senang melihatnya. Beliau sudah
pindah dari ruang ICU isolasi ke ruang ICU non-isolasi. Artinya menunjukkan
kalau kondisi Bu Melati menjadi lebih baik.
Tanya: Bu Melati Harus Di-Intubasi, Apakah Itu?
Jawab: Bu Melati harus dilakukan intubasi, tindakan untuk
melubangi leher yang nantinya akan disambung pada alat bernama ventilator. Hal
ini bertujuan untuk membantu agar pernapasan bisa berjalan dengan baik. Karena
Bu Melati mengalami gagal napas sehingga harus dilakukan intubasi.
Gagal napas berarti pasien tidak bisa bernapas secara
mandiri dan harus dibantu dengan alat seperti ventilator. Biasanya, pasien
dalam kondisi ini dirawat di ICU, bahkan di kamar isolasi jika penyakitnya
menular.
Penulis baru pertama kali menemukan kasus yang sangat unik
pada Bu Melati ini. Beliau menderita tetanus ini disebabkan adanya bakteri
bernama: Clostridium tetani.
Bakteri ini biasanya didapat dari luka yang terkontaminasi
pada benda-benda yang sudah berkarat, kalau orang Jawa bilang besi yang sudah tayengen
(karatan).
![]() |
Kondisi pasien atas nama Bu Melati pada hari ke-15, setelah dilakukan angkat jahitan setelah tindakan intubasi) |
Tanya: Mengapa Gigi Bu Melati Harus Dicabut Seluruhnya?
Jawab: Penulis merujuk ke Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
(drg Sp BM) untuk melakukan pencabutan semua gigi sebagai penyebab infeksi yang
dituduh sebagai biang atau penyebab terjadinya infeksi tetanus yang berakibat
pada gagal napas tadi.
Tanya: Bu Melati Sudah Masuk Fase Terminal, Apa Maksudnya?
Jawab: Fase terminal artinya adalah kondisi ketika pada
beberapa organ tubuh pasien yang mengalami gangguan sedemikian rupa, sehingga
secara diagnostik dinyatakan tidak ada intervensi apapun untuk dapat menolong
memperpanjang hidup pasien tersebut.
Misalnya terjadi pada pasien yang sudah tua yang biasanya
akan diikuti oleh kegagalan berbagai organ tubuh.
Tanya: Apa Komentar Dokter Lain Saat Menangani Bu Melati?
Jawab: Ketika ingin membuat dokumentasi untuk keperluan
studi, penulis minta izin ke dokter spesialis anastesi. Namun jawaban beliau,
“Monggo saja Dok. Kalau nanti pasien bisa selamat nggih. Karena kok sepertinya
sudah hopeless (tidak ada harapan).”
Meskipun sudah
hopeless, namun kembali lagi fitrah kami sebagai sebagai dokter yang manusia…ya
harus tetap berikhtiar.
Tanya: Bagaimana Kondisi Bu Melati Setelahnya?
Jawab: Beberapa waktu kemudian, penulis diminta lagi untuk
merawat pasien lain lagi di ruang ICU central non-isolasi.
Setelah selesai merawat pasien tersebut, maka penulis
menanyakan pada tenaga medis yang sedang berdinas di ruang ICU central
non-isolasi tersebut mengenai kelanjutan Bu Melati (karena kasusnya yang
menarik).
Tenaga medis tersebut mengatakan kalau Bu Melati sudah lulus
dari ICU central non-isolasi dan dipindah ke ruang rawat inap lain (tentunya
sudah bisa bernafas secara spontan dan mandiri serta tidak memerlukan
ventilator lagi).
Bahkan cerita
berlanjut kalau Bu Melati dan keluarganya mengirim hadiah makanan ke ruang ICU
central non-isolasi (oh iya saat itu masih boleh menerima kue dari pasien).
Untuk saat ini kami para nakes di RSPAL dr Ramelan Surabaya
sudah tidak boleh menerima apapun dari pasien dan keluarganya.
Penulis ikut bahagia mendengar caerita tentang kondisi Bu
Melati perlahan membaik. Senang sekali mendengar cerita Bu Melati yang berakhir
dengan happy ending.
Tanya: Apa Pesan Moral dari Kisah Bu Melati ini?
Jawab: Sebagai
tenaga medis yang merupakan manusia biasa, jangan pernah berhenti untuk
melakukan ikhtiar. Karena manusia sangat terbatas ilmunya, meskipun sekolah
dokter sudah ditempuh dalam puluhan tahun.
Manusia hanya pandai melakukan prognosis (ramalan terhadap
suatu penyakit) dalam sebuah kasus tapi tidak bisa menentukan pada hidup dan
mati pasien. Nantinya Allah jua yang berkuasa menyembuhkan sakit seseorang.
Jadi jangan lelah untuk melakukan ikhtiar. (Kembali bagian sebelumnya: Dokter Pencabut Gigi Justru Opname | Pengalaman Visite ICU)
Bersambung ke bagian selanjutnya:
Pasien ICU Sembuh, Lalu Lupa Dengan Nakes & Bersikap Ketus
Leave a Comment