Bukan Sekadar Obati Pasien, Tapi Juga Ampuni Dosa-dosanya, Cerita Haru di Ruang ICU


Di bagian sebelumnya, kami menemukan kasus pasien dengan tingkat kesembuhan yang sangat kecil. Namun Allah Swt punya kuasa. Alhamdulillah, pasien yang disebut Bu Melati itu kemudian pindah ke ruang non-isolasi berarti kondisinya mulai membaik. 

Selain kisah penuh optimisme itu, kami para nakes ini sering diuji keikhlasannya dan harus bersikap legowo dalam banyak situasi. Hal ini bisa digambarkan dalam sebuah pengalaman di bawah ini.

      Kalau cerita di bagian sebelumnya tentang rasa bahagia. Kisah kedua selanjutnya adalah kebalikannya.

Keterangan foto: Penulis didampingi Pak Daryanto berusaha sedang melakukan pembersihan rongga mulut pasien bernama Tuan Aji. 

Tanya Jawab  

Adakah cerita yang justru tidak mengenakkan tapi harus disikapi dengan legowo?

Jawab: Ada. Cerita dimulai pada tempat yang sama dari ICU central non-isolasi, penulis dan perawat gigi (sekarang namanya bukan perawat gigi tapi diganti dental therapist) yang bernama Pak Daryanto. Beliau anggota TNI AL berpangkat Sersan Kepala (Serka).

      Adapun kasus yang dihadapi berupa korban kecelakaan tabrak lari. Pasien ini, sebut saja dengan Tuan Aji (bukan nama sebenarnya) merupakan anggota TNI AL. Kondisinya hampir sulit dikenali, saking parahnya.

RSPAL memang menjadi RS Pusat bagi TNI AL yang memang menjadi basis banyak kesatuan di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan sekitarnya.

Kisah apa yang paling memilukan bagi penulis/nakes?

Jawab: Penulis merasa sangat trenyuh sekali melihat wajah yang penuh luka serta mulut dengan banyak darah yang mengering. Maka penulis pun membersihkan sambil beristigfar.

Kadang terpikir arti kata astafirullah adalah ucapan yang bermakna minta ampun pada Allah Swt. Tetapi bagi penulis makna tersebut lebih sering untuk meminta ampunkan sang pasien atas segala kesalahannya selama di dunia ini.

      Saat kami lihat, pasien terbujur kaku dengan posisi tidak sadar. Rasanya cukup cukup ngeri juga melihat adanya banyak luka di wajah serta mata yang terlihat bengkak.

   Mengapa penulis sering melakukan dokumentasi pada rongga mulut pasien penyakit mulut?

      Jawab: Penulis memiliki profesi ganda, yakni selain sebagai klinisi di RSPAL dr. Ramelan Surabaya, juga sebagai dosen di bidang Ilmu Penyakit Mulut (IPM) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya. Untuk mencari kasus IPM sangat sulit.

Nah, saat mendapat gambar dengan kelainan mulut, maka penulis sering mengambil gambar atau memotret. Tujuannya untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan mahasiswa.

###

Catatan dari admin 

Tidak banyak dokter gigi atau dokter umum yang telaten dalam melakukan analisis dan pencatatan seperti drg. Dwi Setianingsih H, Sp.PM ini.

Tak banyak nakes yang punya kebiasaan baik untuk mencatat, merekam, mendokumentasikan, memotret, apalagi menuliskan hingga menganalisis pasien-pasien yang dirasa unik dan spesial.

Sejatinya, kebiasaan baik ini sangat bermanfaat bagi semua profesi. Tidak hanya nakes, namun sangat bermanfaat bagi profesi lainnya seperti guru, psikolog, peneliti, mekanik, teknisi, insinyur, pekerja sosial, bahkan profesi sopir, atau profesi-profesi lainnya.   

Karena, dokumentasi dan analisis ini sangat berguna bagi pekerja itu sendiri dan paling utama bermanfaat bagi kaum muda yang kelak menekuni profesi yang sama.

Dalam sebuah diskusi dengan Rektor Universitas Negeri Surabaya 2010-2015, Prof. Dr. Muchlas Samani (blog pribadi beliau bisa diklik di: https://muchlassamani.blogspot.com/), terungkap bahwa seorang pengemudi taksi di Jepang rajin mencatat kilometer kendaraannya. Ketika ditanya untuk apa mencatat seperti itu, dijawab bahwa mesin kendaraan ini harus rutin dicek sesuai kilometer. Agar kelancaran dan keselamatan penumpang jadi lebih terjaga. 

Ini jadi pelajaran penting bagi dunia ilmiah dan dunia kerja yang memacu kemajuan suatu negeri. Makin mendalam hasil risetnya, maka makin bagus juga kinerja suatu bangsa. Bangsa yang terdepan di bidang iptek selalu memulai perintisannya dari riset dan penelitian.

 ###

Apa Kode Etik Nakes Ketika Memotret Pasien di Ruang ICU?

Jawab: Ketika mengambil gambar, para nakes tentunya dengan tetap menjaga kode etik, yakni merahasiakan identitas dan menutupi bagian wajah pasien tersebut.

Jadi foto-foto rongga mulut pasien tersebut tidak boleh di-share ke media sosial (medsos). Karena tujuannya adalah untuk ilmu pengetahuan atau menambah wawasan tentang kesehatan rongga mulut.

Bagaimana suasana di poli rawat jalan Bedah Mulut?

Jawab:       Selain memantau pasien rawat inap, penulis juga menerima pemeriksaan pasien rawat jalan. Penulis bertugas di departemen gigi dan mulut, yang sebelumnya penulis dan Pak Daryanto bekerja di poliklinik rawat jalan OD (Oral Diagnose) merangkap poliklinik OM (Oral Medicine).  

      Dikarenakan ada aturan baru, maka poli tersebut ditutup. Pak Daryanto dipindah ke poliklinik BM (Bedah Mulut), demikian juga penulis selain tugas utama sebagai dokter gigi (drg) yang visite ke ruang rawat inap juga merangkap sebagai drg di lini depan poli BM. Tugasnya yakni memeriksa awal pada pasien yang giginya yang akan dilakukan pencabutan.

Nanti sekiranya pasien memiliki masalah memiliki penyakit DM (Diabetes Mellitus) atau kencing manis dan hipertensi/darah tinggi, maka penulis melakukan rujukan ke dokter yang terkait sekaligus memberi resep obat untuk diminum menjelang pencabutan. (Bersambung: Pasien ICU Sembuh, Dia Lupa Diri, Endingnya Mengagetkan)



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.