Pengalaman Traveling di Lokasi (Diduga) KKN Desa Penari (bag-4)



Penulis menyibak dan melongok sebentar. Nampak batu kecil, berbentuk  bulat agak menonjol berwarna putih. Dengan beberapa bunga. Ya.....batu itu yang digunakan Prabu Tawang Alun untuk duduk bertapa. 

Jadi rupanya batu itu saja yang asli, sedang bangunan yang melindungi batu itu berupa bangunan baru. Renovasi dilakukan, saat bupati dijabat Bu Ratna Ani Lestari (2005-2010).

Tampak sebelah kiri ada semacam tempat saji. Penulis teringat, ada kemiripan sajen pura di Bali. Tampak pula beberapa patung. Agak berlumut. Ada kain poleng (kain bewarna kotak putih hitam, seperti di Bali) pula.


Jalan setapak ketika turun, dengan akar pohon yang timbul. Pemandangan yang sulit didapat di kota besar 



      Setelah itu penulis memberanikan diri untuk berpose sejenak. Dan berjalan sebentar melihat sumber air. Ada beberapa mata air, antara lain: Sumber Kamulyan dan Sumber Dewi Gangga. Semuanya ditampung ke sendang baru mengalir ke Telaga Rowo Bayu.


Kembali ke titik kumpul rombongan

      Dikarenakan belum makan siang, maka diputuskan untuk kembali. Tour guide-nya mengajak turun, sambil berucap, “Ayo kita lewat jalan yang berlawanan dari tadi ya.... Berangkat mulai arah kiri, sekarang arah kanan, seperti thawaf, sekalian biar kita bisa menikmati alam sekeliling.”


Jalan setapak ketika turun, dengan akar pohon yang timbul. Pemandangan yang sulit didapat di kota besar


Tempat yang cantik namun terasa nuansa mistik 


      Ketika turun, jalan relatif lebih ringan. Ada beberapa jalan yang bercabang. Nampak beberapa pengunjung yang nongkrong di atas. Rasanya banyak objek yang ingin penulis foto.

Banyak bunga cantik yang sedang mekar, berwarna ungu muda, tampil diantara dedaunan dari banyak pohon yang tumbuh subur.



Tapi tidak bisa dipungkiri, bulu kuduk kok merinding ya, padahal ini kan siang. Believe it or not? Bahkan penulis punya pikiran jelek, “Jangan-jangan aku ini tersesat, kayak di film-film horor hehehe…”

      Penulis lega, ternyata bisa menyusul rombongan. Alhamdulillah ya Allah. Ada beberapa pengunjung yang memancing di telaga itu.
                                                                     

Makan siang di Pantai Belimbingsari

      Perjalanan dilanjutkan makan siang yang terlambat di Pantai Belimbingsari. Dengan menu ikan bakar. Hmmmm...ditemani es degan asli. Wooww. 

Menu makan siang kami


Setelah santap siang, kami pun langsung menuju hotel untuk istirahat.

                                                                      

Kejadian Yang Membuat Merinding

      Setelah pembagian kamar. Mandi dan tidur bersama, setelah shalat tentunya. Biasanya sesampai di hotel, penulis mempunyai hobi untuk melihat hasil jepretan setelah plesir. Namun pagi itu, sama sekali tidak memiliki keinginan tersebut.


      Pada tengah malam, si bungsu yang tidurnya diapit kami berdua seperti mengingau dan berteriak tidak jelas. Selama ini si bungsu tidak pernah mempunyai kebiasaan seperti kali ini. Allahhu Akbar.

Kami berdua terbangun dan mencoba menenangkannya. Ternyata kejadian berulang. Entah sedang mimpi atau apa ya? Ubun-ubunnya saya usap dan saya bacakan beberapa surat pendek dari ayat suci Al-Qur’an.

      Penulis pun terduduk dan berucap istighfar. Langsung menuju kamar mandi serta merta mengambil air wudhu. Lanjut shalat tahajud dan berzikir serta berdoa tanpa henti. Semoga keluarga kami baik dan selalu dalam lindungan Allah Swt.


      Penulis kok punya punya firasat jelek: Masak iya si bungsu ini sawanen karena berkunjung ke tempat kemarin yaaaaa... merinding juga.

Ketika penulis menanyakan pada si bungsu tentang kejadian semalam, dia malah bengong. Sampai sekarang penulis masih belum tahu. Apa yang terjadi malam itu? Paginya si bungsu juga muntah. Mungkinkah masuk angin saja? Wallahu alam bishawab. (bersambung ke bagian 5, tips traveling ke Telogo Rowo Bayu)

Kembali ke bagian 3: Terasa Nuansa Mistik

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.