Lika Liku Perjalanan Ke Kawah Ijen Banyuwangi (bag-2) | Siapkan Tabung Oksigen
Sebelum mendaki, Mar Erwin sang pemandu memberi kami tabung oxycan yang berigi gas oksigen. Tabung ini berfungsi memberikan aliran oksigen murni.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya sesak nafas
karena kecapekan atau menipisnya oksigen pada ketinggian tertentu, sehingga menyebabkan
kekurangan oksigen pula.
Pada jam
pertama, dari patulding ini, saat mendaki ke Kawah Ijen, melewati jalan yang
berpasir serta menanjak dengan kemiringan sekitar 25-35 derajat. Pokoknya yang ada
adalah rasa lelah dan bosan.
Begini Atur Nafas Agar Kuat Sampai Puncak
Memang Kawah Ijen
ini bak kawah candradimuka. Bagaimana tidak, untuk mencapai puncak dari
gunungnya, diharuskan berjalan kaki terlebih dahulu sekitar beberapa jam.
Sungguh kondisinya sangat berbeda dengan gunung Bromo atau Merapi yang menawarkan banyak alternatif kendaraan bagi pengunjung. Mulai dari roda empat, ojek sampai menunggangi kuda. Semuanya tinggal memilih sesuai keadaan travelers.
Selanjutnya...
penulis masih tetap bertahan jalan dengan perlahan. Mas Erwin menghampiri
penulis dan menawarkan untuk membawakan tas di pundak penulis yang memang agak
berat. Mas Erwin berharap beban penulis menjadi lebih ringan.
Setelah membawakan
tas penulis, sambil jalan, Mas Erwin berulang kali memompa
semangat dan tidak pernah bosan memberi pencerahan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
“Hmmm ..tour guide yang nyambi jadi motivator juga
ya....” pikir penulis.
Di kala penulis
merasa capek sampai terasa kehabisan nafas, maka penulis mencoba untuk
istirahat. Wujud dari istirahat tidak dilakukan dengan duduk, tapi istirahatnya
sambil berdiri serta berusaha mengatur ulang sang nafas. Dengan berusaha untuk
diam atau menjaga tidak bicara, tapi tetap berusaha sekuat tenaga.
Sampai Juga di Pos 3
Setelah mencapai
pos 3, saat istirahat dilakukan dengan duduk, karena suasana sudah terang,
sehingga bisa disambi melihat pemandangan. Pokoknya semangat tanpa bataslah.
Setelah beberapa
jam secara maraton dan secara terus menerus menempuh perjalanan yang curam dan
menanjak. Alhamdulilah telah sampailah juga penulis di pos 3, artinya jarak
tempuh masih tinggal 1 km lagi. Saat sampai di pos 3 ini suasana gelap sudah
mulai agak terang.
Tibalah kami di Pondok Bunder. Ada beberapa papan besar di pohon yang bertuliskan, “Selamat, Anda sampai di Pondok Bunder 2.214 Mdpl.” Di sini nampak semacam warung. Saat itu banyak pendaki yang istirahat dan sekadar duduk-duduk di pondok bunder.
Tips Agar Mencapai Puncak Ijen Saat Sunrise, Jangan Tergoda Nongkrong Di Warung
Sebenarnya
penulis juga tergoda untuk berhenti lama di Pondok Bunder untuk makan minum,
tapi tekat ini sudah bulat,, lat.. untuk terus melanjutkan menuju ke puncak
Gunung Ijen.
Atas nama rasa
penasaran dan tak ingin menyia-nyiakan waktu, membuat membunuh rasa ingin
berleyeh-leyeh. Padahal bangku di Pondok Bunder sangat menggoda untuk
menghentikan perjalanan.
![]() |
Berpose sejenak di pos 3 |
Semangat Sempat Melemah Karena Komentar Rombongan Lain
Memang setelah sampai di pos 3 perjalanan tidak seberat dibandingkan dengan medan sebelumnya.
![]() |
Papan penanda di Pos 3, Pondok Bunder Gunung Ijen Banyuwangi |
Setelah cukup puas beristirahat, kami pun melanjutkan trekking. Di tengah perjalanan ada beberapa pendaki yang berbicara pada kami. Begini katanya, “Ini masih separuh perjalanan lho.”
Atau mengucapkan kalimat yang malah mematahkan semangat,
dengan berkata, “Tadi kami gak liat apa-apa di Kawah Ijen, semua tertutup
kabut.”
Situasi sekarang,
menjelang sekitar pukul 5 pagi, fajar mulai menyingsing, medan pendakian mulai
terang. Sudah mulai nampak pemandangan yang apik.
Leave a Comment