Wisata ke Labuan Bajo (bag 2) | Sunrise di Pulau Padar
Ya... sepertinya peraturan tertulis tersebut sudah diikuti
oleh semua traveler yang ke sini.
Rombongan mulai berjalan beriringan, dan mulai naik di anak
tangga yang terbuat dari kayu yang di sebelah kanannya terdapat pegangan berupa
tali.
![]() |
Setelah turun dari speed boat, rombongan mulai trekking ke pulau Padar. |
Menaiki Trek di Bukit Pulau Padar
Kami pun trekking bersama, lalu jalanan mulai menanjak
dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat. Tidak berapa lama anak tangga
sudah bukan terbuat dari kayu lagi, tapi terbuat dari batu dan semen.
Kini tidak ada tali untuk berpegangan lagi. Anak tangganya
cukup lebar. Jadi leluasa untuk melangkah.
Lama-kelamaan, penulis jadi makhluk yang paling tertinggal. Ah... masih ada Mbak Dewi dan beberapa ABK yang menemani. Ketika lelah datang mendera, maka penulis berhenti sejenak.
Woww..meskipun belum sampai puncak, namun pemandangan
sekitar sudah cantik. Sambil menikmati pemandangan, tak lupa untuk mengabadikan
momen prestisius ini.
Terlihat perbukitan dengan panorama berupa hamparan lahan
dengan warna coklat kehijauan ditambah langit yang biru bersih dengan warna
gradasi dari air laut seraya terdengar suara deburan ombak bercampur angin,
seolah mengiringi pendakian penulis menuju puncak. Pemandangan agung Pulau
Padar sungguh istimewa.
Melewati bukit yang eksotis nan mempesona.
Pulau di kawasan ini pada dasarnya memang pulau vulkanis. Maka
topografinya terhitung terjal. Dengan adanya gunung vulkanik yang curam dan
bukit berhadapan dengan teluk yang dalam. Menjadikan pemandangan sepanjang
pendakian sangat epik.
Pulau Padar memiliki iklim kering dengan semak dan padang rumput warna hijau campur coklat. Sehingga tercipta suasana bagai di bukit sabana yang indah.
Daya tarik ini bisa dilihat dengan adanya panorama berupa lanscape perbukitan yang coklat eksotis nan mempesona
Berbeda dengan pulau tetangga yang berlokasi di Taman Nasional Komodo (TNK), seperti Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang telah menjadi rumah komodo. Di Pulau Padar ini sudah tidak dihuni oleh komodo lagi dikarenakan terputusnya rantai makanan.
Sehingga komodo yang tinggal di sini
sudah punah. Hehehe .. beruntung sekali ya, jadinya tidak perlu khawatir.
Terlihat beberapa dokter gigi dari rombongan kapal phinisi lain yang sudah menyerah hanya sampai di sini saja dan enggan untuk melangkahkan kaki ke puncak.
Beda dengan penulis yang masih memiliki semangat
meski nafas senin kamis. Penulis berbicara pada diri sendiri, “Hayoo
semangat..jangan kasih kendor yaa..”
Seperti kala itu, penulis masih harus berhenti untuk lagi istirahat. Sambil memandang ke bawah, tampak berbagai kapal, termasuk yang membawa penulis tadi. Kapal tersebut berjajar tidak beraturan.
Di samping itu
terdapat juga buih air yang berwarna putih. Saat melihat pantai seperti ini
merupakan hal yang bisa menyejukkan mata serta pikiran.
Istirahat Lagi Sambil Menikmati Sunrise.
Memang kalau mau ke Pulau Padar ini tidak hanya memerlukan
fisik yang kuat saja, namun persiapan mental, termasuk...N.I.A.T. Why? Ya… karena
perjalanan yang harus ditempuh tidaklah sebentar dan cukup menguras energi.
Dikarenakan penulis sering berhenti, lama kelamaan dari
rombongan Cajoma IV yang tinggal hanyalah penulis sendirian. Untungnya masih
ditemani salah seorang ABK yang bernama Mas Okta. Rupanya adik ini berasal dari
sekolah pelayaran yang sedang magang di Kapal Phinisi Cajoma IV ini.
Setelah tubuh berhasil mengatasi rasa lelah, dan layak diajak trekking lagi, maka penulis mulai melangkahkan kaki lagi. Tapi kini ada sesuatu yang menggoda, sehingga rela untuk berhenti lagi.
Sunrise yang Penuh Semangat
Pemandangan matahari terbit adalah satu hal yang paling
mengagumkan. Dengan gambaran adanya kilauan siluet matahari terbit yang jatuh
pada bentangan laut biru nan luas serta udara yang sejuk.
Semakin membuat keindahan Pulau Padar menjadi lebih berarti.
Jika melihat semua ini, maka dijamin akan membuat betah berada di sini dan bisa
menjadi unforgetable moment.
Lagi-lagi istirahat sambil narsis di tengah pendakian.
Setelah merasa cukup menikmati fenomena sunrise ini, penulis
mulai berjalan pelan untuk naik..dan naik lagi. Menaiki bukit yang berada di Pulau
Padar ini menjadi sebuah mandatory, bila ingin melihat keindahan pulau yang
sesungguhnya.
![]() |
Istirahat sejenak bersama Mbak Dewi sambil menikmati panorama menuju Pulau Padar. |
Oh iya..masih seputar pertanyaan penulis pada Pak Dedy tadi, “Kira-kira ada berapa jumlah anak tangga di Pulau Padar ini yaa ?”
Ternyata untuk menikmati keindahan Pulau Padar, wajib
melakukan trekking yang melalui anak tangga yang lumayan banyak. Jumlah
pastinya memang kurang diketahui ada berapa. Kemungkinan besar lebih dari 300
anak tangga. Namun tidak usah khawatir, sebab semua akan terbayar cash bila
melihat pemandangan Pulau Padar dari atas.
Hem...Penulis ini bukanlah seorang atlit atau penyuka olga (olahraga). Usia juga menjelang sweet (baca : sewidak…alias 60 hehe). Nah dengan keadaan fisik yang serba minus dan naik bukit merupakan pilihan wajib, akhirnya dengan agak berat hati dan berat badan yang berlebihan, penulis tetap naik sambil menikmati trekking ini. Keep spirit !!
Kini jalanan semakin
terjal setengah ekstrim. Penulis berjalan dengan super hati-hati dan fokus,
sebab bersamaan dengan itu ada dokter gigi laki-laki yang entah berasal dari
mana sempat jatuh terpeleset.
Alhamdulilah Mas Okta masih setia mengawal. Rupanya hal
inilah yang menjadi alasan mengapa para ABK ikut semua....ya karena kemampuan
trekking setiap penumpang dari kapal phinisi tidak sama.
Perjalanan masih separuh. Tapi tubuh meminta hak untuk
istirahat lagi. Maka..santai dulu...pose dulu yukk. Mengabadikan momen akan
menjadi kegiatan yang tidak membosankan selama perjalanan trekking.
4 Lekuk Pantai Unik Pulau Padar
Pulau Padar memaparkan alam dengan empat teluk dalam dengan
pantai yang memiliki pasir berbagai warna. Kebanyakan pasirnya berwarna putih,
sementara beberapa pantai memiliki pasir –abu-abu dan merah muda.
Setelah tubuh berhasil mengatasi rasa lelah, maka sudah layak berangkat trekking lagi. Penulis mulai mengayunkan kaki lagi.
Pulau Tanpa Penghuni dan Tanpa Komodo
Pulau Padar merupakan tempat yang tidak berpenghuni alias
kosong, bahkan tidak ada bangunan satupun. Pesona kontur pulau padar yang
berbukit-bukit disertai cabang seolah membentuk bintang membuat pulau ini menarik.
Rasanya seperti lukisan yang abstrak dengan bukit menjulang
tinggi dan curam. Sungguh serasa
menjelajahi surga tersembunyi.
Penulis bertemu dengan Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr. drg. R. Sri Hananto Seno, Sp.BM dan Dr. Kleantis sebagai pembicara di seminar yang berasal dari Yunani. Kami sama-sama sedang naik, hanya bedanya penulis lebih dulu berangkat. Kami beda kapal phinisinya.
Dan kini beliau juga sudah bersiap untuk menyalip penulis.
Dasar penulis ini golongan si slow walker. Hehehe... (bersambung ke bagian tiga)
Kembali ke bagian satu
Leave a Comment